Pemanasan global membuat suhu bumi makin meningkat, air laut pun tambah tinggi karena es di kutub makin banyak yang mencair. Suhu panas ini juga mempengaruhi hunian di berbagai wilayah dunia, termasuk di Papua.

Inilah yang mendorong dua siswa asal Papua untuk memanfaatkan kearifan lokal untuk membuat sesuatu yang bermanfaat, tapi tidak mahal.

Siti Khusnul Kotimah dan Abigael Novita dua siswi kelas 10 SMAN 4 Merauke melakukan inovasi baru melalui serangkaian penelitian. Mereka ingin membuat rumah menjadi adem dengan bahan yang banyak ditemukan di sekitarnya, yaitu limbah kayu.

Limbah itu berasal dari kulit pohon bus (Melaleuca Leucadendra). Selama ini kulit pohon bus dibuang. Sedangkan kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar.

“Hanya untuk kayu bakar dan rumah, kulitnya dibuang dan jadi sampah,” ujar Siti.

Dengan dukungan gurunya, kedua siswa belia ini kemudian mencoba berbuat sesuatu dengan memanfaatkan limbah itu. Hasilnya, kulit pohon bus dapat dijadikan plafon rumah yang istimewanya rumah jadi lebih adem.

Atas hasil karyanya itu, Siti dan Abigael akhirnya masuk final dalam ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISP0) yang digelar 21-23 Februari di Sekolah Kharisma Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan.

Prestasi itu menjadi kebanggaan karena baru pertama kali wakil Papua masuk final. Mereka pun kini mewakili Papua di ajang yang diikuti oleh siswa-siswi dari 20 provinsi tersebut.

“Sifat kulit pohon ini selain tahan air dan juga mampu menyerap panas,” ujar Abigael.

Menurut penuturannya, di Papua suhu udara pada pukul 08.00 WIT berkisar antara 30-34 derajat. Sementara puncaknya pada pukul 12.00 – 14.00 WIT siang. Di mana suhu bisa mencapai 40,3 derajat.

“Jadi bisa terbayang panasnya bagaimana. Apalagi masyarakat Jagebob, rumahnya kebanyakan tanpa plafon,” ujar Abigael pada pembukaan ISPO dan OSEBI atau olimpiade seni dan budaya Indonesia, yang terangkum dalam Festival Sains dan Budaya (FSB), Jumat (21/2).

Dalam penelitian yang dilakukan mereka membandingkan beberapa sampel kombinasi perpaduan kulit pohon bus yang sudah dilapisi lem untuk dijadikan plafon, dibandingkan dengan triplek. Khususnya, uji kemampuan dalam menyerap panas.

Hasilnya, kulit pohon bus lebih mampu meredam panas dibandingkan triplek. Hasil ini menggembirakan mereka karena harga triplek di Papua mencapai Rp110 ribu per lembar. Sementara plafon dari pohon bus hanya seharga Rp60 ribu rupiah.

“Temuan ini diminta diproduksi massal. Tapi tantangannya butuh biaya yang tidak sedikit,” tuturnya.

Dipaparkannya, papan plafon kulit pohon bus dengan pengujian fisik telah memenuhi standar SNI 03-2015-2006.

Riset Berawal dari Rasa Ingin Tahu

Bikin Plafon Lebih Murah dari Triplek, Siswi SMAN 4 Merauke Masuk Final ISPO
Kepala Sekolah SMA Kharisma Bangsa Imam Husnan Nugroho. Foto: EP

Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Kharisma Bangsa Imam Husnan Nugroho menuturkan, karena ISPO dan OSEBI ini kompetisi tingkat nasional maka para pemenang kegiatan ini biasanya dikirimkan ke kancah internasional.

“Riset itu biasanya berawal dari rasa ingin tahu. Nah ini perlu didorong para guru sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Budaya ini perlu dibangun di sekolah. Ini yang selama ini kami lakukan,” ujarnya.

Penyelenggaraan Festival Sains dan Budaya (FSB) ini, lanjutnya, merupakan sumbangsih bagi dunia pendidikan di Indonesia. Eduversal bersama dengan lembaga di bawah naungannya berupaya mendorong minat siswa di bidang sains dan budaya di Indonesia.

“Jadi ini bentuk dukungan Eduversal dan Sekolah Kharisma Bangsa, untuk mendorong budaya riset di tanah air sejak dini. Kalau di kami sendiri, anak didik sejak awal memang dimotivasi untuk mencintai dunia riset dan sains, hal ini yang ingin kami tularkan,” sambungnya.

Dari hasil ISPO yang digelar, para pemenang mendapatkan kesempatan untuk berlaga di ajang lebih tinggi. Yaitu kompetisi di tingkat internasional.

“Untuk tahun ini dari sekolah kami ada 11 proyek yang ikut dilombakan dalam ISPO. Karya itu merupakan hasil penelitian anak-anak kelas 2 SMA. Pemenang lomba ini biasanya dikirim ke kompetisi global, seperti ke Jepang, Amerika dan negara lainnya,” ujarnya.(EP)

Sumber : IndonesiaInside