Budaya meneliti dan sains harus didorong sejak dini kepada anak-anak didik. Selain orang tua, peranan guru juga sangat penting dalam melahirkan generasi-generasi peneliti di masa depan.

“Peran guru dan orang tua sangat penting untuk mendorong siswa agar mencintai sains. Guru harus mampu mendeteksi dan mendukung anak didiknya yang memiliki kemampuan meneliti. Budaya ini harus dibangun sejak dini,” kata Presiden Indonesia Science Project Olympiad (ISPO), Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MSc MM, Sabtu(15/2).

Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) itu menyatakan, sejumlah sekolah di daerah telah memiliki penelusuran bakat di bidang sains. Kondisi itu perlu didukung kebijakan pemerintah, termasuk pemerintah daerah.

“Peran guru yang mendorong siswanya melakukan penelitian patut kita apresiasi. Apa yang dilakukan mereka bisa menjadi pemacu sekolah-sekolah lainnya yang budaya penelitiannya rendah,” lanjutnya.

Salah satu peran yang dimaksud yaitu mendorong siswa agar mau melakukan penelitian dan juga dalam meracik komposisi siswa yang berlaga di ajang sains. Seperti diketahui, ada siswa yang memiliki ide cemerlang namun lemah di presentasi. Ada pula yang lemah di penguasaan bahasa Inggris namun kuat di bidang penelitian. Mereka diracik sedemikian rupa sehingga tim yang dihasilkan perpaduan dari semuanya.

Sementara itu, Presiden Osebi, Liliana Muliastuti juga menekankan pentingnya peran keluarga untuk membangun budaya meneliti pada anak. Hal paling kecil dimulai dari keluarga, misalnya dengan tidak memupus rasa ingin tahu anak-anak akan sesuatu, termasuk hal baru.

“Orang tua harus sabar menjawab rasa ingin tahu anaknya. Begitu pun dengan guru di sekolah. Jangan sampai anak-anak dipupus keingintahuannya dengan jawaban yang mengecewakan,” ujarnya.

Ditambahkannya, kegiatan ISPO dan Osebi yang terangkum dalam Festival Sains dan Budaya (FSB) merupakan ajang tahunan yang kedua kalinya. Untuk kali ini para peserta yang lolos berasal dari 20 provinsi, mulai Aceh hingga Papua.

“Kegiatan ini untuk mendorong generasi muda agar mencintai seni dan budaya bangsa, juga sains. Jangan sampai anak hanya tenggelam dalam gadget saja dan melupakan budaya sendiri. Mereka juga harus belajar menghargai keberagaman dan membangun karakter melalui seni dan budaya, ” ujarnya.

Kompetisi yang dilaksanakan mulai 21 Februari hingga 23 Februari 2019 digelar di Sekolah Kharisma Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Ratusan siswa-siswi SD hingga SMA dari 20 provinsi bakal berkompetisi dalam Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2020 dan Osebi.

Khasiat Buah Ciplukan Akan Tampil Dalam ISPO 2020
Keterangan panitia ISPO dan Osebi 2020 di Sekolah Kharisma Bangsa. Foto:ist

Untuk tahun ini, sebanyak 383 proyek pelajar yang terdaftar di ISPO 2020. Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya sebanyak 370 proyek.

Rinciannya, Biologi 80, Fisika 30, Kimia 57, Lingkungan 91, Komputer 37, Teknologi 88. Sedangkan jumlah proyek final yang telah terseleksi panitia ISPO 2020 sebanyak 134 Proyek dengan rincian Biologi 27, Fisika 12, Kimia 22, Lingkungan 30, Komputer 15, dan Teknologi 28. Proyek ini merupakan hasil seleksi dari 154 sekolah di 20 provinsi dan 741 siswa.

“Kita perlu mendorong agar siswa sejak dini mencintai budaya riset. Dengan membangun budaya ini sejak bangku sekolah diharapkan akan lahir generasi yang hebat nantinya. Khususnya di bidang penelitian,” kata Riri.

Dijelaskannya, dalam Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) ke-12 kali ini salah satu yang menarik adalah penelitian tentang kearifan lokal di nusantara, di bidang biologi dan kimia.

“Peserta dari SMA Negeri 4 Papua bakal menyajikan hasil penelitian pohon bus (Melaleuca leucadendra) untuk bahan plafon anti panas dan peserta dari Fatih Bilingual School Aceh tentang manfaat buah ciplukan untuk mengurangi bau mulut,” ujarnya.

Juara dari kompetisi penelitian ini juga akan diikutkan dalam kompetisi olimpiade sains internasional.

“Para pemenang ISPO akan berkesempatan mengikuti kompetisi penelitian yang digelar kampus bergengsi di luar negeri. ISPO rutin mengirim para juara ke ajang kompetisi sains internasional seperti di Amerika Serikat, Belanda, India dan Brazil,” lanjutnya.

Sementara untuk Osebi, tahun ini panitia menerima 592 proyek. Masing-masing, menyanyi solo usia 6-13 tahun 103 proyek, menyanyi solo usia 14-18 tahun 112, tari kreasi SD-SMP sebanyak 28, tari kreasi SMA 21, puisi SMP 83, puisi SMA 90, menulis puisi SD 31, menulis cerpen SMP 74, menulis esai 50, jumlah proyek final yang terseleksi sebanyak 55. Karya tersebut merupakan kiriman dari 142 sekolah di 20 provinsi, serta peserta 997 orang siswa.(EP)

Sumber : IndonesiaInside